私を神社の門に連れて行ってください。 花と雲、青い空と春の空気が見えます。 そして多分、私たちも自分自身を見つけるでしょう。



... and she was crowned.

WRITER'S NOTEhello! this is #タピル, hereby solemnly declared that Yagi Nadeshiko ( 山羊 撫子) was a purely fictional character. hence the account was created and used strictly for roleplaying purposes only. which doesn't have any relations with the real Shen Xiaoting, Kep1er, nor WakeOne Entertainment.


Yay to do!Nay to do!
DM knocking for relations and plots!Godmodding and metagaming without beforehand discussion!

したがって、彼女は戴冠しました。

NAMEYagi Nadeshiko (山羊 撫子)
BIRTHDATEAugust 13th, 2001
BIRTHPLACEAkasaka, Minato-ku, Tokyo
HEIGHT/WEIGHT168 cm/46 kg
AFFILIATIONHoshino Institue of Art, Hinode Shrine
OCCUPATIONShrine Maiden
SIDE JOBFreelance Model
BLOOD TYPEAB
ZODIAC SIGNLeo
MBTIINTJ-T

したがって、彼女は戴冠しました。

PERSONALITY

+               ✵      ✦      .   .   · ✫ .     +        ˚    ✹   .    ✫         ⋆        ✫ ·       ⋆       · .             ⊹ ✦      .   .   · ✫ .     +        ˚    ✹   .    ✫         ⋆ ✦      .   .   · ✫ .     +        ˚    ✹   .    ✫         ⋆

  • Yagi Nadeshiko SAMA SEKALI tidak pemalu. Ia tidak merasa harus malu kecuali ia melakukan kesalahan. Ia senang mendapat perhatian; tapi bukan berarti senang jadi pusat perhatian. Ia percaya pada kata secukupnya; bahwa sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Ia menjalankan porsinya dengan tepat, dan menyerahkan sisanya kepada yang lainnya.

  • Ia juga adalah seseorang yang jujur. Yang bisa mengatakan hal apapun dengan raut datar. Ia bisa saja tanpa sengaja menyakiti perasaan orang lain; tapi tenang, ia tidak malu untuk meminta maaf.

  • Ia idealis ... untuk beberapa hal. Ada hal yang diyakininya dengan segenap hati; namun sisanya, ia cukup pesimis. Bahkan cenderung pasif. Ia tidak punya cita-cita dan impian, ia dengan tenang hati mengiyakan masa depannya sebagai penerus kuil. Hal itu tidak menjadi masalah untuknya (untuk saat ini).

  • Meski begitu, ia sangat opinionated. Tidak jarang ia terlibat debat-debat panas. Pasalnya, untuk hal-hal yang benar-benar ia yakini, ia tidak akan mau mengaku kalah atau memercayai bahwa yang ia yakini salah.

  • Bukan tipe peragu. Ia ahli dalam mengambil keputusan cepat; karena ragu-ragu jarang ada di dalam kamusnya. Sayangnya, sifat tersebut tidak dibarengi dengan konsep 'berpikir beberapa langkah kedepan' sehingga seringkali ia mengambil keputusan sembrono karena terlalu percaya diri.

  • Penyayang dan tidak malu untuk menunjukannya, meski tidak secara berlebihan. Ia bukanlah seseorang yang berlebihan, sehingga ungkapan kasih sayangnya akan terasa tulus.

  • Sebenarnya cukup rapuh dan sensitif; hanya saja, ia terlalu takut untuk merasakannya hingga sejak awal ia akan menghindarinya. Sering dianggap supel, asik, dan 'tidak baperan' ketika sebenarnya ia hanya takut untuk merasakan perasaan-perasaan tidak mengenakan tersebut dan memutuskan untuk menepisnya.


したがって、彼女は戴冠しました。

TRIVIA

. .         · .     ⋆   . ˚   ✧ ·    ✫         +               ✵             ✫ ·       ⋆       · .             ⊹  ✦ ✹ ˚             · ✵. .         · .     ⋆   . ˚   ✧ ·    ✫           ✦ ✹ ˚             · ✵. .         · .     ⋆   . ˚   ✧ ·    ✫           ✦ ✹ ˚           +               ✵             ✫ ·       ⋆       · .             ⊹  · ✵. .         · .     ⋆   . ˚   ✧ ·    ✫           ✦ ✹ ˚    

  • Sehari-hari, ekspresinya cukup datar. Tapi sangat mudah dipoles di teater, sehingga ia langganan menjadi aktor di pementasan.

  • Lagu favoritnya adalah All Gummed Up Inside yang merupakan lagu tema Adventure Time.

  • Meski tampak dewasa, ia mengoleksi funko pop karakter-karakter yang digemarinya seperti Funko Pop karakter Adventure Time.

  • Makanan favoritnya adalah Salisbury Steak.

  • Ia juga gemar bermain game ponsel; jenis game favoritnya adalah yang memiliki alur menyedihkan.

  • Gemar menghabiskan waktu di pekarangan kuil, atau naik turun anak tangga kuil.

  • Hobi berenang.

  • Senang menghitung bintang, memiliki lampu bintang-bintang di kamarnya.

  • Menggemari dunia botani; sebab nama keluarganya seluruhnya diambil dari nama bunga. Renge, ayahnya, Sumire, adik pertamanya, dan Himawari, adik terakhirnya.

  • Wajahnya mudah merah. Otaknya akan kosong apabila salah tingkah.

  • Memiliki fisik yang kuat, tidak gampang sakit tapi sekalinya sakit langsung parah.

  • Spesifik mengenai warna-warna yang ia sukai. Warna favoritnya adalah periwinkle, lilac, dan corn blue. Meski akan banyak orang yang berargumen bahwa tiga warna tersebut terlihat sama.

  • Sebab seorang miko juga diwajibkan berkemampuan bela diri, ia mempelajari kendo sampai tingkat pertama perkuliahan, berhenti karena tidak bisa mengimbangi antara latihan dan perkuliahan.

  • Tahu banyak mengenai mitologi-mitologi dan kisah-kisah berbagai kepercayaan.

  • Populer di Instagram dan jurusannya karena kecantikannya, populer di kalangan lansia Akasaka karena setiap tahun mengajari menari kagura.


したがって、彼女は戴冠しました。

Satu langkah...
Dua langkah...
Lima langkah...
Lima belas langkah...
Tebak, berapa anak tangga lagi hingga sampai ke torii?...Aku percaya pada hakikat setinggi-tingginya sebuah nama. Pernah dengar bahwa nama itu sejatinya amatlah kuasa? Di kepercayaan yang dianut keluargaku (dan juga beberapa kepercayaan lain yang gemar kubaca kisah-kisahnya), kadang, kunci untuk mengalahkan musuh yang amat digdaya hanyalah dengan mengetahui namanya. Contoh di media populer yang mudah kalian akses, sih, film The Conjuring 2 itu, lho! Ketika Lorren Warren mengalahkan Valak karena telah mengetahui namanya---maaf, aku kebiasaan melantur! Kembali ke filosofi nama (a la aku).Kalau kalian penasaran sebabnya, aku bisa menyuguhkan gagasanku. Buah opini pribadi, sih! Jadi jangan terlalu dipercaya (meski aku sepenuhnya yakin ini masuk akal). Pada sebuah nama, ada sebuah pengartian tentang diri sendiri yang otentik dan sepenuhnya milikmu. Sesuatu yang familiar tapi sulit dimengerti; perasaan-perasaan yang didapatkan ketika mendapati namamu di suatu tempat (baliho toko, daftar pustaka buku, atau tersemat sebagai nama orang lain), juga seperti perasaan-perasaan yang didapatkan ketika seluruh suara membaur jadi satu di keramaian kecuali ketika ada yang menyebut namamu. Ada sesuatu yang tersemat di nama yang sepenuhnya kamu; hanya milikmu. Sebuah keintiman yang istimewa, sebuah ikatan rahasia yang terjalin antara kamu dan dirimu. Sulit untuk menjabarkannya dengan logika! Filosofi nama ini hanya bisa dimengerti dengan hati (ha ha).Nama, bagiku, adalah buah tangan Para Dewa. Banyak yang bilang nama adalah doa; tapi itu terdengar seperti amanah alih-alih anugrah, bukan? Dan aku tidak setuju. Menurutku nama adalah hadiah, upeti dan oleh-oleh. Sesuatu yang patut disyukuri. Karena sungguh, tidak adil untuk menaruh ekspektasi kepada seorang bayi yang baru lahir! Bukankah lebih baik diberi perbekalan untuk menghadapi dunia yang kejam? Apakah aku melantur lagi? Barangkali. Intinya; namaku Yagi Nadeshiko. Dan aku lahir dari keluarga Shake.

Dua puluh tiga langkah...
Tiga puluh empat langkah...
Empat puluh tujuh langkah...
Lima puluh sembilan langkah...
Ayo, balapan!
...
Sebuah Shake adalah keluarga (atau klan; manapun yang terdengar lebih keren) yang mengurus kuil. Keluarga kami secara harfiah tinggal di kuil. Papaku, Kakekku, Pamanku, Kakek Buyutku, seluruhnya adalah Guuji yang mengurus semua pendeta-pendeta dan Miko. Tentu saja tidak semua komponen kuil berasal dari keluargaku, kuil yang kami kelola tidak sebesar itu. Kami bahkan membuka lowongan Miko paruh waktu di saat-saat sibuk seperti tahun baru! Aku, sih, senang saja. Karena aku selalu mendapat teman baru setelahnya.
Sejak kecil, sebagian besar waktu dan isi kepalaku dihabiskan dengan berbagai hal-hal yang ada hubungannya dengan kuil. Aku hapal berapa harga ema (papan kayu untuk menulis harapan), berapa jumlah anak tangga dari jalan raya hingga mencapai torii (gerbang kuil), berapa jumlah langkah yang dibutuhkan untuk menyapu bersih guguran pohon sakura, yang mana gohei favoritku, dan koreografi tari kagura. Ugh, aku menarikan tari kagura hampir setiap tahun (kecuali dua tahun lalu, saat itu aku sakit flu berat. Terima kasih Dewa!).Kuilku menyediakan ema (sepertinya sudah kusebutkan tadi?), dan pekerjaan favoritku adalah menjaga kiosnya. Aku gemar menganalisis berbagai ekspresi orang yang membeli ema dan menebak-nebak harapan seperti apa yang akan mereka tulis. Meski belakangan permainan kecilku ini menjadi agak membosankan, terimakasih kepada mitos (yang entah datang darimana) bahwa permohonan mengenai percintaan yang ditulis di ema kuilku akan terwujud. Jadilah kebanyakan penulis permohonan adalah remaja-remaja kesemsem yang tengah dimabuk cinta. Jangan salah paham, aku tidak ada masalah apapun dengan orang yang jatuh cinta (meski aku belum pernah berpacaran). Aku hanya rindu bermain seru seperti dulu, paham 'kan?Sejak SD, aku selalu dikenal sebagai 'Nadeshiko Si Miko'. Aku sendiri tidak keberatan, karena kurasa aku cocok mengenakan hakama merah (dan aku merasa sangat cantik ketika mengikat rambut dengan pita). Tapi, kalau boleh jujur, aku tidak merasakan ada keintiman istimewa yang kudambakan dengan namaku; Nadeshiko. Aku merasa asing dengan namaku sendiri, seolah nama yang tersemat pada tubuhku ini tidak mengandung nyawaku. Aku tidak pernah merasa terpanggil ketika seseorang memanggilku dengan; Nadeshiko. Barangkali karena aku SAMA SEKALI bukan wanita Jepang idaman, atau karena aku tidak bisa bermain sepak bola, atau karena aku tidak suka bunga nadeshiko.Dan sejujurnya? Aku sedih sekali! Sangat sedih. Luar biasa sedih. AKU yang menggagas konsep keintiman sebuah nama (setidaknya bagiku), tapi AKU SENDIRI tidak bisa merasakannya. Aku bahkan pernah mengajukan proposal penggantian nama kepada Papa. Aku sudah memilih nama-nama bunga cantik lainnya seperti Tsubaki, Sakura, atau Suzuran. Tapi proposalku tidak pernah disetujui, cih! Akhirnya, di kelas dua SMA, aku menemukannya. Aku menemukan sebuah nama yang tidak hanya membuatku merasa terpanggil, tapi membuatku merasa dimahkotai. Dan itu adalah... Daisy.( Yagi Nadeshiko, kelas dua SMA, mengumumkan kepada teman-temannya untuk memanggilnya Daisy. )

Tujuh puluh tujuh langkah...
Delapan puluh tiga langkah...
Sembilan puluh sembilan langkah...
Seratus dua belas langkah!
Aku menang!
...
Karena SELALU dipaksa berpartisipasi dalam tarian kagura nyaris setiap tahun, aku pun menjadi familiar dengan yang namanya seni pertunjukan. Di tiap jenjang pendidikan, ekstrakurikuler yang kuikuti selalu adalah teater dan tari. Tradisional? Kontemporer? Modern? Semuanya kulahap! Meski hidup di kuil, bukan berarti aku kolot. Aku ini suka menonton Adventure Time, lho! Dan di antara semua subjek yang kupelajari di SMA, hal yang paling membuatku merasa senang adalah menari dan bermain peran. Aku tidak yakin apakah aku berbakat; dan sejujurnya aku tidak peduli. Yang aku tau hanyalah aku senang melakukannya; maka akan kulakukan terus. Hal itulah yang jadi alasan aku mendaftar ke Hoshino Institute of Arts jurusan Drama and Dance. Dan keluargaku setuju setuju saja. Maaf, ya, kalau kalian mengekspektasikan kisah menakjubkan inspiratif. Nyatanya orang tuaku juga tidak kolot (sepertinya). Bisa dibilang mereka adalah orang tua yang baik; yang mendengarkan kemauan anaknya dan membiarkan mereka melakukan apa yang mereka mau (kecuali ketika aku ingin mengganti nama, cih!).Kehidupan sebagai mahasiswa tentu saja tidak mudah. Berbagai tugas kuliah harus dikerjakan hingga menuntut pulang malam; bayangkan aku harus menaiki seratus dua belas anak tangga setelah hari yang berat di sekolah?! Kurasa otot-ototku sudah sekelas Sena Irie sekarang. Tapi untungnya, orang tuaku juga tidak pernah mempermasalahkan aku yang pulang larut tiap akhir semester! Meski harus naik turun sebegitu banyaknya anak tangga sehari-hari, aku suka lingkungan rumahku. Aku akrab dengan hampir semua tetangga (terutama orang-orang tua)! Dan bahkan mereka kuminta untuk memanggilku Daisy. Ya, hampir semua orang memanggilku Daisy (kecuali orang-orang kuil, aku tidak berani meminta mereka), dan aku sangat berterima kasih akan pengertian mereka meski bocah-bocah remaja baru puber banyak yang mengatai namaku.Tapi ada satu ... ada satu hal yang aneh, terjadi musim semi lalu. Ada toko ikan di dekat rumahku. Bukan hal yang asing, aku kenal juga dengan pemiliknya. Suatu hari, ada yang baru di sana. Seseorang, lebih tepatnya. Pegawai baru. Laki-laki, aku tidak yakin bagaimana harus mendeskripsikannya tapi yang jelas dia enak dipandang. Aki Akio, di label namanya tertulis. Aku menahan senyum membacanya, nama yang unik. Kalau kalian bertanya-tanya, tidak, tidak ada yang aneh dari dirinya. Ia berpenampilan seperti manusia pada umumnya. Ia juga bicara seperti manusia pada umumnya. Hanya saja, ketika ia menyebut namaku ... menyebut Nadeshiko, untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku merasa terpanggil.( Yagi Nadeshiko, mencari jati diri dengan cara bertele-tele melalui filosofi keintiman nama-nya yang sulit dimengerti; krisis identitas tanpa ia sadari. )+               ✵      ✦      .   .   · ✫ .     +        ˚    ✹   .    ✫         ⋆        ✫ ·       ⋆       · .             ⊹ ✦      .   .   · ✫ .     +        ˚    ✹   .    ✫         ⋆ ✦      .   .   · ✫ .     +        ˚    ✹   .    ✫         ⋆


したがって、彼女は戴冠しました。


したがって、彼女は戴冠しました。

Yagi Renge

Yagi Suisen
grand-father
previous head of Hinode Shrine

Yagi Renge

Yagi Renge
father
head of the Hinode Shrine

Yagi Renge

Yagi Sumire
little sister
third year high-school student

Yagi Renge

Yagi Shizuka (Arai Shizuka)
grand-mother
ex - hyakunin isshu karuta athlete

Yagi Momiji ( Ooka Momiji )
mother
ex-model and theatre actress

Yagi Renge

Yagi Himawari
little sister
first year high-school student


したがって、彼女は戴冠しました。

Yagi Renge

Aki Akio
close friend? still hard to describe at this moment

Yagi Renge

Tsurugi Ayase
close cousin, lives nearby

Yagi Renge

Yukimura Ai
middle scool friend, once joined a badminton club together

Tsurugi Kaede
close cousin, lives nearby


したがって、彼女は戴冠しました。